Makna Tumpeng Dalam Kehidupan Manusia Jawa

03 September 2021 | Artikel

MAKNA TUMPENG DALAM KEHIDUPAN MANUSIA JAWA

Tumpeng mendapatkan tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat jawa, tidak disajikan dan digunakan sembarangan untuk keperluan seharai hari. Tumpeng merupakan kependekan dari “tumapaking penguripan-tumindak lempeng tumuju Pangeran” yang artinya berkiblatlah kepada . pemikiran bahwa manusia itu harus hidup menuju jalan Allah . Masyarakat tradisional Jawa mempunyai kepercayaan bahwa ada kekuatan gaib diluar diri manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka Oleh karena itu mereka merasa perlu memelihara hubungan dengan kekuatan tersebut agar terjadi keseimbangan dengan kehidupan mereka. Secara umum hal tersebut dinamakan dengan selamatan , yang mana selamatan sering dilakukan dengan cara kenduri yang berati makan bersama. Kenduri yang di dalam nya mengandung harapan untuk memeperoleh keselamatan selalu menghidangkan tumpeng yang dikelilingi lauk pauk yang beraneka macam jenis nya dan kelengkapan lain sesuai dengan hajat yang bersangkutan . Penempatan tumpeng dan lauk pauk nya menyimbolkan gunung dan tanah yang subur dikelilingi gunung . Nasi tumpeng yang berbentuk kerucut dikaitkan dengan gunung , yang berarti tempat rena yang dinilai sacral oleh masyarakat Jawa, karena memilii kaitan yang erat dengan langit dan surga. Nasi yang menjulang keatas ini merupakan harapan agar kehidupan kita meningkat. Sementara tanah disekeliling gunung disimbolkan dengan lauk pauk yang bervariasi menjadikan kesejahteraan yang hakiki.

Tumpeng juga mempunyai makna kebersamaan , hal ini terbukti bahwa orang menyajikan tumpeng jika ada acara atau upacara yang disertai dengan makan bersama. Makan bersama untuk memohon keselamatan dapat dilakukan pada berbagai keperluan seperti:

  1. Menyongsong kehidupan, misalnya : Ebor-ebor, Janganan, Punaran, Tumpangan, Tingkeban, Bulus Angrem, dan Procotan.
  2. Menyambut berbagai peristiwa kehidupan misalnya : Brokohan, Sepasaran, Puputan, Salapanan, Tedhak siten, Sunatan, Tetesan, Pangur, Tindhik, Tarapan, Siraman, Midodareni, Akad nikah dan daup.
  3. Memperingati meninggalnya orang yang telah meninggal dunia , misalnya : Sur Tanah, Nelung Dina, Mitung Dina, Matang puluh Dina, Nyatus Dina, Mendhak Sepisan, Mendhak Pindo, Nyewu dan Kol -Kolan.
  4. Memulai kegiatan bersama , misalnya : Bersih Desa, Nyadran, Tndur, Labuh, ngalangi/ menangkap ikan, dan Nggarap Siti.
  5. Mengadakan kegiatan tertentu, MIsalnya : Sedekah Raja/Hajat Dalem , Siraman Pusaka, mendirikan rumah, menggali sumur, boyongan, memuliakan para Nabi dan Wali, Muludan serta keperluan pribadi yang lain nya.

Pada Acara kenduri atau selamatan selalu dihidangkan tumpeng dengan kelengkapan yang dapat menciptakan nuansa tersendiri pada masing masing acara. Dalam acara ritual selalu dilakukan pemotongan Tumpeng oleh tokoh dalam pertemuan /selamatan/kenduri, dan pemotongan selalu dilakukan di bagian atas Tumpeng . Hal ini mempunyai makna agar maksud pemangki hajat akan tercapai dengan hasil yang paling baik yang dilambangkan dengan bagian yang paling atas. Potongan tumpeng biasanya diberikan pada seseorang yang dianggap paling istimewa atau yang dihormati sebagai ungkapan ras aahoramat dan sayang.Sebaiknya mengambi; bagian tumpeng dilakukan dengan lengkap dari tumpeng hingga seluruh pelengkap tumpeng yaitu sayuran dan lauk nya. Dengan demikian , seluruh cita rasa dari tumpeng dapat dirasakan sekaligus.

 

NENI DEWI RATNAENI

Akademi Tata Boga Bandung